Ketika Kolasi Toraja dan Sunda Kelapa dalam sepemikiran

pict source from tumblr

Saya yakin banyak dari kalian berfikir ketika membaca judul diatas, saya akan mengupas tentang jenis-jenis kopi disalah satu kedai kopi favorite ditempat tinggal saya. Tapi, sayang sekali saya tidak membahas tentang mereka atau salah satu dari mereka. Mereka hanyalah gambaran saya terhadap salah satu teman saya. Namanya Julia. Dia adalah teman seperjuangan saya beberapa tahun yang lalu dalam meraih gelar S.Pd, dan ternyata pertemanan itu masih terjalin hingga saat ini. Aku berharap akan terus terjalin sampai SurgaNya nanti. Aamiin.

Selasa, ba’da maghrib. Aku berjanji bertemu dengannya di kedai kopi ini. Kami pernah berjanji saat itu akan bertukar novel satu sama lain. Mungkin baru kemarin kami baru sempat bertemu dan merealisasikan janji masing-masing. Menyenangkan sekali memang, ketika bertemu dengan seseorang yang mempunyai hobi sama dengan kita. Bisa saling pertukar pikiran sampai bertukar novel tentunya. Hehe. Karena hanya dialah yang mempunyai hobi yang sama denganku, ya ... hobi membaca. Menurutku dan dia, ini adalah hobi yang sangat menyenangkan. Dimana fantasi kami terbentuk manakala kami sedang membaca sebuah alur cerita. Menangis, tertawa, kesal, adalah luapan emosi yang dapat kami rasakan manakala kami sedang membaca sebuah cerita dalam bentuk novel, entah itu fiksi atapun non fiksi. Karena teman-teman dekat saya yang lain tidak ada yang mempunyai hobi yang sama dengan saya, dan hanya mbak Julia lah yang bisa saya ajak berbagi, betukar pendapat tentang hobi saya ini.

Obrolan kali ini kami awali saling bertegur sapa, karena kami sudah lama tidak keluar bersama lagi sejak setahun yang lalu. Seingat saya, terakhir saya keluar dengannya pada bulan Februari 2016, saat itu kami menghadiri seminar beasiswa pendidikan S2 dan S3 disalah satu kampus negeri di kota Surabaya. Satu hal lagi yang membuat saya nyaman berkawan dengannya, kami sama sama seorang schoolarship hunter. Hehe. Dimana ada pameran beasiswa keluar negeri, disitu kami selalu ada. Sekalipun harus menggunakan gps dan nyasar berkali kali karena tidak tahu dimana tempatnya, tapi kami tidak pernah menyerah. Dia adalah seorang yang sama denganku dalam memandang pendidikan dan ilmu pengetahuan. Dan juga mempunyai keinginan untuk bersekolah lagi ke jenjang yang lebih tinggi di sebuah universitas impian di luar negeri. Haus akan pendidikan ternyata menyenangkan juga pikirku. Karena ini bukan semata-mata mengejar gengsi untuk mendapatkan sebuah gelar master ataupun doktor nantinya, tapi juga ini adalah sebuah bekal yang mana besok pastilah sangat berguna untuk anak cucu kami nanti. 

Topik yang beragam dan selaras dengan orang yang mempunyai pikiran sama, hobi sama. Ah perfecto, ditambah lagi segelas dan secangkir kopi. Membuat malam ini terasa hangat sekali. Membicarakan masa depan, pendidikan di campur dengan hobi dan beberapa penulis favorit menjadi main topik hari ini. Mengapa aku teramat senang sekali berbicara dengannya, karena jam demi jam, obrolan demi obrolan yang ku habiskan dengannya tidak pernah membicarakan tentang orang lain apalagi aib orang lain. Hehe.
Ternyata cukup lama juga kami tidak keluar bareng, ngobrol cukup lama di deretan sofa nan empuk seperti ini. Oh iya aku lupa memberitahu, dia juga sama sepertiku dalam hal menulis. Tak jarang juga kami selalu berbagi karya, yah sejenis cerpen untuk dilihat dan memberikan review satu sama lain. Memang benar kata orang lain, seseorang yang hobinya membaca pasti tidak lepas dari menulis. Itu sudah satu kesatuan ternyata. Cukup lama kami berdiskusi tentang pendidikan, tentang novel yang dia dan aku bawakan saat itu. Kini topik bergulir ke masalah kehidupan.

Entah berapa kesamaan yang kami punya, selain kesamaan yang telah kusebutkan diatas, kami memiliki kesamaan yang lain. Kesamaan dalam hal cerita percintaan. Cinta ... satu kata namun berjuta kalimat untuk mengungkapkan atau sekedar menjadi bahan obrolan. Iya, kami mengalami hal yang tidak mengenakkan dari cinta. Dan cerita kami hampir tidak ada bedanya. Bertahan bertahun tahun , di khianati , tetap bertahan, dan akhirnya ditinggalkan demi wanita lain sampai kami mulai menemukan siapa diri kami, siapa itu Allah, dan apa itu Islam. Dengan kata lain, kami sama-sama mulai berhijrah. Mulai dari pakaian sampai perilaku, dengan berjalannya waktu mulai kami perbaiki.
Banyak sekali cerita malam ini, dan cerita terakhirlah yang membuatku sangat antusias untuk membahasnya. Kami merasakan hal-hal yang sama pula, bagaimana setelah mencoba berhijrah di jauhi teman, di gunjing teman, bahkan keluarga. Tidak mudah memang, tetapi kami tidak menyerah dan saling menguatkan untuk tetap istiqomah. 

Kami mulai mengubah sedikit demi sedikit kebiasaan, perilaku dan sudut pandang berdasarkan ajaran islam yang sebenarnya. Kami mulai mencari jati diri, dan mencari hidayah. Benarlah, hidayah itu di jemput bukanlah hanya ditunggu saja. Hidayah ada dimana saja, tanpa sadar ketika mengscroll instagram dan menemukan gambar berisi tentang nasihat islam, hati kita mulai tersentuh. Atau mungkin merasa tersindir dengan caption kebaikan yang teman tulis di instagramnya. Percayalah, mereka adalah cara Allah mengirim hidayah kepada kami. Hanya saja hati kita sulit untuk menerima.

Seandainya aku dan mbak Julia masih pacaran saat ini, masih langgeng dengan pacar kami masing-masing, kami tak akan pernah tahu apa itu hidayah, apa itu islam, atau mungkin siapa itu Allah. Kami berdua teramat bersyukur karena dengan jalan ini Allah tunjukkan KuasaNya, Allah turunkan hidayahNya kepada kami. Sakit memang awalnya harus ditinggalkan orang yang kami sayang, atau bahkan mungkin mengikhlaskannya. Tetapi dari kejadian tersebut kami berdua sadar, orang yang tidak pernah gagal adalah orang yang tidak akan pernah ingin belajar. Entahlah, dengan latar cerita cinta yang sama, kami ingin berubah menjadi pribadi yang lebih baik sekarang. Termasuk perihal mencari jodoh. Alhamdulillah, kami berdua sepakat untuk tidak pacaran atau menjalin hubungan dengan siapapun sebelum menikah. Karena menikah itu ibadah, bagaimana mungkin diawali dengan sesuatu yang Allah saja tidak ridha dengannya. Segala sesuatu yang dimulai tidak baik, tidak akan pernah menjadi akhir yang baik.

Malam ini, aku belajar banyak darinya. Aku belajar bagaimana menutup aurat yang sempurna meskipun dia juga baru berhijrah. Akan tetapi dia sudah selangkah lebih maju dariku, karena saat bertemu dengannya yang membedakan aku dengan mbak Julia adalah dia menutup telapak tangannya dengan handshock sedangkan telapak tanganku masih terbuka. Mbak julia juga mengatakan kepadaku kalau dia sudah mempunyai beberapa niqob sedangkan aku tidak punya sama sekali. Berubah kearah yang lebih baik memang tidak mudah, selain harus meyakinkan kedua orang tua, memberikan mereka pemahaman dahulu, sampai bagaimana caranya agar teman dan lingkungan dapat menerima perubahan kita. Apalagi kita tertabrak dengan budaya jawa atau kejawen. Kalau istilah bahasa Indonesianya yaitu Adat Istiadat. Karena banyak dari Adat Jawa yang sama sekali tidak ada dalam ajaran islam apalagi tertulis dalam AL-Qu’ran dan Hadist Nabi.

Seseorang yang mencoba berubah dan menghilangkan sedikit demi sedikit kesalah pahaman dengan menghapus adat pastilah dianggap aneh, nyeleneh atau lebih parahnya lagi tidak waras. Selain persoanalan diatas, sebagai contoh ada teman yang salah dan kami mencoba menasehati mereka malah dianggap sebagai sok tahu, sok alim, sok muslimah. Terutama perihal cinta. Ketika banyak sekali dari teman kami yang memamerkan kemesraan di public baik yang sudah menikah maupun yang belum menikah dan kami berusaha untuk menasehatinya dengan halus dan sopan justru malah kami yang dianggap iri atau mungkin dikatain dasar jomblo, jones. Padahal sama sekali kami tidak ada rasa iri dalam hati. Hanya saja, kami teramat sayang kepada mereka sehingga kami tidak menginginkan sesuatu yang buruk yang menimpa kami, akan menimpa teman-teman kami pula. Kami pernah pacaran, kami pernah salah dengan mengumbar pacaran serta kemesraan di publik. Tapi apa yang terjadi? Kami tidak berjodoh. Sungguh betapa malunya diri ini. Dan untuk teman kami yang sudah menikah, mungkin mereka akan menyangkal “saya sudah halal, jadi wajar saja dong pamer kemesraan”. 

Apakah kita benar-benar yakin bahwa rumah tangga yang dijalani akan mulus-mulus aja tanpa adanya musibah ataupun cobaan. Cobalah kita berpikir lebih mendalam sedikit saja, bagaimana akibat yang dari kita perbuat. Semisal kita mengumbar kemesraan yang berlebihan dan tidak lama kemudian cobaan datang, entah si istri ketahuan selingkuh atau sebaliknya. Saya dan mbak Julia takut, jika ada orang yang tidak senang atas rumah tangga kalian akan bersenang-senang ketika kalian mendapat musibah dan malah menjadi bahan olok-olokan mereka. Bukan berarti dengan kami mengingatkan teman-teman sekalian berarti kami berdua iri dengan kalian. Bukan. Sama sekali bukan itu, hanya saja kami terlalu sayang kalian. Karena hal inilah menjadi alasan kami pula mengapa kami menghapus akun bbm dan akun media sosial lain. Hehe. 
Bukan merasa iri, hanya saja daripada hati kita mengomel dan berdosa sendiri, lebih baik yang tidak mendatangkan mudharat kita hindari. Sempat juga mbak Julia mengatakan padaku ingin menghapus akun Instagram dengan alasan serupa, tetapi dia teringat kembali bahwa apa tujuan mengakses media sosial terutama instagram tak lain dan tak bukan adalah ingin mendengarkan ceramah dari salah satu ustad favoritnya yaitu Ustad Khalid Basalamah, beliau juga salah satu ustad favoritku. Hehe. Tuh kan sama lagi. Memang klop gini kalau sama mbak Julia. :D

Semoga pertemananku dengan mbak Julia ini adalah jalanku untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Karena seseorang itu mengikuti agama daripada temannya, maka pilihlah teman yang baik, yang bisa membawa kearah yang lebih baik. Untuk mbak Julia, semoga kita berdua menjadi pribadi yang selalu kurang dalam ilmu agama dan dunia, ingin belajar terus menerus memperbaiki diri, menjadi pribadi yang rendah hati serta sabar. Dan yang paling utama, tetap istiqomah dan saling mengingatkan di Jalan Allah. Semoga mbak Julia adalah salah satu investasiku menuju hari akhir nanti. Serta tak lupa kepada salah satu temanku yang telah memberikanku motivasi tentang kehidupan secara islami, Ukhti Nisa. Insyaallah kalian berdua adalah saudaraku sampai JannahNya. Aamiin 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sedikit Barang, Sedikit Stres: Seni Hidup Minimalis di Rumah

Hanasui Collagen Water Sunscreen SPF 50 Pa++++

Hanasui Glow Expert Series